"Tidak mendidik, tidak bertanggung jawab, budaya masa yang begitu. Pengarang, penerbit tidak bertanggung jawab. Makna kebudayaan tidak dipahami, tidak membuat anak-anak beradab," jelas Direktur Institute for Education Reform (IER) Universitas Paramadina, Utomo Dananjaya.
Hal itu disampaikan Utomo dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (12/4/2012). IER pernah melakukan penelitian buku teks pelajaran sekolah dasar.
Utomo menambahkan, penulis buku ajar itu kurang cerdas mengarang untuk mengajarkan hal baik dan buruk. Kisah Bang Maman yang terlalu sinetron dinilai terlalu konkret dan kurang simbolis. Simbolis di sini merujuk pada dongeng anak-anak pada umumnya.
"Ya itu seperti sinetron, jelas sekali jalan ceritanya, seperti kehidupan yang sesungguhnya. Terlalu konkret, kurang simbolis. Salah menggunakan sumber penerbitnya. Menerbitkan buku begitu, pengarangnya maksudnya bercanda tapi tidak bermutu," kritik Utomo.
Buku Pendidikan Lingkungan Budaya Jakarta itu terbitan PT MK. Buku itu menjadi pegangan di sekolah SD Angkasa kelas 2, Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Buku itu harus dibeli secara paket di sekolah oleh siswa.
Dalam kisah "Bang Maman dari Kali Pasir" di buku itu, diceritakan Bang Maman meminta seorang perempuan bernama Patme untuk mengaku-ngaku sebagai istri simpanan Salim. Tindakan itu dilakukan agar putri Bang Maman yang bernama Ijah, mau menceraikan Salim. Bang Maman ingin Ijah cerai dari Salim karena sang menantu sudah jatuh miskin.Ajarkan Istri Simpanan dalam Buku SD, Penulis Tak Pahami Makna Budaya
Link:
http://news.detik.com/read/2012/04/12/121958/1890779/10/Ajarkan-Istri-Simpanan-dalam-Buku-SD,-Penulis-Tak-Pahami-Makna-Budaya
Sent from my BlackBerry®